CAKRAWALAINFO.id, TAKALAR – Jenazah almarhum Satturia daeng Kanang (58) di Kabupaten Takalar terpaksa harus ditandu oleh pihak keluarga.
Jenazah di Takalar itu ditandu lantaran polemik keberadaan mobil ambulance milik UPT Puskesmas Pattoppakang di Kecamatan Mangarabombang simpang siur.
“Banyak sekali alasannya, ada yang satu bilang dirujuk, ada yang bilang (sopir, red) makan, ada yang bilang adaji tapi tidak ada kuncinya,” ungkap anak almarhuma, Samsia kepada Cakrawalainfo, Selasa (03/08/2019).
Jarak kediaman almrahumah dari UPT Puskesmas itu diperkirakan sejauh 5 kilometer. Dengan berbagai alasan pihak Puskesmas yang diterima pihak keluarga, membuat keluarga korban terpaksa harus menggotong ke rumahnya.
“Itumi ada yang bilang adaji tapi tidak ada kuncinya. Jadi kita bingung, marah, dan shock karena, melihat (korban) yang sebelumnya sehat masuk di puskesmas sudah tidak sadarkan diri,” ungkapnya.
Suasana kediaman rumah duka di Kabupaten Takalar.
Ia juga mengaku prosedur membedekan ambulance khusus mayat dan pasien rujukan.
“Maksudnya, kan ada mobilnya satu yang tidak bisa di pakai jenazah ada juga yang khusus jenazah, sampai meninggal pun itu berapa menit itu baru datang. Sebenarnya, kalau satuji alasan kita bisaji terima, tapi banyak sekali alasannya,” jelasnya.
“Sebenarnya itu apapun alasannya Insya Allah kita akan tetap terima, karena ini kan mama (telah meninggal, red) karena mau diapa, kita juga semua akan meninggalji, jadi kita bisa menunggu dengan baik dan tenang asalkan tidak berbeda-beda tanggapannya,” imbuhnya.
Satturia Daeng Kanang itu dirawat pada Sabtu (31/8) tiga hari lalu, dan meninggal dunia sekira menjelang petang hari itu juga.
Almarhuma ini meinggalkan seorang suami Daeng Kusi (56) dan lima orang anaknya di kediamannya Dusun Bila-bilaya, Desa Cikoang, Kecematan Mangarabombang, Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.
Penulis : A. Syahrul Khair
Editor : Ikram Fairuz
© | CAKRAWALAINFO.id 2019